Pages

Loyalitas Pasien (Pelanggan) di Rumah Sakit/PusKesMas

Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan merupakan seseorang yang secara terus menerus dan berulangkali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan membeli suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
Menurut Gremel dan Brown (1997) bahwa loyalitas pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Verhoef, et al (2002) Meneliti tentang hubungan antara kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity dengan customer referrals merupakan tingkat dimana seorang konsumen lain seperti teman, keluarga, dan kolega.
Model dari hubungan antara corporate image dengan loyalitas
konsumen dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Perceived quality adalah penilaian konsumen terhadap keunggulan suatu produk
·         Perceiveid value adalah pengukuran yang dilakukan konsumen terhadap utilitas produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diperoleh dan pengorbanan yang dilakukan konsumen
·         Customer Satisfaction adalah akumulasi pengalaman dari pembelanjaan konsumen dan perilaku komsumsi
·         Corporate Image adalah filter yang mempengaruhi persepsi dari operasional perusahaan
·         Customer Loyality merupakan perilaku konsumen sebagai akibat dari layanan yang diberikan perusahaan.

Pentingnya Loyalitas
Berdasarkan berbagai kajian, arti penting mempertahankan pelanggan adalah:
a.       Mencegah pelanggan lari, dapat meningkatkan keuntungan 25-58% (Harvard Busines Scholl)
b.      Mendapatkan pelanggan baru biayanya lima kali lebih besar ketimbang menjaga pelanggan yang sudah ada (US Office of consumer Affairs)
c.       Laba atas investasi (return of investement) pada pemasaran untuk pelanggan lama mencapai tujuh kali lebih besar ketimbang pemasaran calon pembeli. (Ogilvy & Mather Direkct)
`           Di sisi lain banyak perusahaan beranggapan mendapatkan pelanggan baru merupakan elemen penting dalam strategi penjualan. Akibatnya, sangat sedikit dari mereka yang memperhatikan upaya untuk mempertahankan pelanggan. Bahkan, lebih sedikit lagi lagi yang menganalisis alasan mengapa pelanggan yang pada awalnya puas menjadi tidak puas dan kemudian meninggalkannya.
Frederick Reichhheld mengemukakan statistik yang menunjukkan tingkat penurunan rata-rata diperbagai perusahaan Amerika sebagai berikut:
*      50% pelanggan hilang dalam kurun waktu lima tahun;
*      50 % karyawan keluar dalam kurun waktu empat tahun;
*      Pelanggan pengganti tidak akan memberikan konstribusi pada keuntungan, kecuali mereka dapat dipertahankan, paling tidak selama tiga tahun.
Banyak organisasi kehilangan secara signifikan lebih dari 30%
pelanggannya sebelum atau pada saat pelanggan tersebut memutuskan untuk melakukan pembelian ulang. Hal ini terjadi karena pelayanan yang buruk. Satu-satunya alasan mengapa bagian pasar tidak turun adalah karena pesaing pun mengalami situasi yang sama. Mereka juga kehilangan pelanggan yang berpindah ke pesaing mereka! Ini merupakan gelombang perpindahan yang selalu terulang. Pelanggan yang merasa tidak puas berusaha mencari perusahaan lain tempat mereka menaruh kepercayaannya.
Keuntungan loyalitas dapat dikatakan bersifat jangka panjang dan kumulatif, dimana meningkatnya loyalitas pelanggan dapat menyebabkan profitabilitas yang lebih tinggi, dan basis keuangan yang lebih stabil. Selain itu perusahaan yang dapat mempertahankan pelanggannya, akan mendapatkan banyak keuntungan, seperti:
a.       Menurunkan biaya pemasaran, karena biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelanggan baru adalah jauh lebih mahal daripada mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
b.      Mempersingkat waktu dan biaya transaksi.
c.       Menurunkan biaya turn over.
d.      Meningkatkan cross selling yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan
e.       Word of mouht positif, yang berarti pelanggan setia berarti puas terhadap produk akan menjadi pemasar perusahaan.
f.       Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya ganti rugi.
Imbalan yang diberikan oleh loyalitas pelanggan yang tinggi sangat besar bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memahami bagaimana dan mengapa loyalitas tercipta, dimana terciptanya loyalitas dapat dilihat pada siklus pembelian pelanggan, dan setiap langkah pada siklus pembelian merupakan kesempatan untuk memupuk loyalitas.

Karakteristik Loyalitas

Menurut Zeithaml (1996) terdapat 4 dimensi loyalitas, yaitu:word of mouth communication, purchase intention, price sensitivity, complaining behavior. Pada setiap pembelian kembali ada kesempatan untuk memperkuat atau melemahkan ikatan dengan pelanggan. Sedangkan pelanggan loyal menurut Griffin mempunyai karakter sebagai berikut:
a.       Melakukan pembelian secara teratur
b.      Membeli produk selain lini produk atau jasa yang biasa dikomsumsi
c.       Memberi rekomendasi pada pihak lain
d.      Menunjukkan resistensi atau daya tolak terhadap produk pesaing.
Faktor-faktor yang menentukan loyalitas antara lain:
a)      Keterikatan yang tinggi terhadap jasa pelayanan tertentu disbanding dengan jasa pelayanan yang ditawarkan pesaing. Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap jasa pelayanan dibentuk oleh dua dimensi yakni tingkat prefensi (seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap jasa pelayanan tertentu) dan tingkat deferensiasi jasa yang dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan membedakan jasa pelayanan tertentu dari alternative-alternative lain).
b)      Pembelian berulang
Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi.
Loyalitas berkembang mengikuti 4 tahap, yaitu kognitif, afektif, konatif dan tindakan.
a.       Tahap Pertama: Loyalitas Kognitif
Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya, loyalitas hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. Sebagai contoh suatu perusahaan menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing yang ada. Informasi ini cukup memaksa konsumen untuk membeli produk dari perusahaan tersebut.
b.      Tahap Kedua: Loyalitas Afektif
Loyalitas kedua didasarkan pada aspek afektif afektif konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode masa pembelian (masa pra komsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya (masa pasca komsumsi). Munculnya loyalitas afektif didorong oleh factor kepuasan, namun belum menjamin adanya loyalitas.
c.       Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif
Dimensi konatif (niat melakukan) yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afektif terhadap merek. Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu kearah tujuan tertentu. Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi kondisi loyal yang mencakup komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian. Afektif hanya menunjukkan kecenderungan motivasional, sedangkan komitmen melakukan menunjukkan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. Keinginan untuk membeli ulang atau menjadi loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi tetapi belum terlaksana.
d.      Tahap Keempat: Loyalitas Tindakan
Meskipun pembelian ulang adalah suatu hal yang sangat penting bagi pemasar, pengintreprestasikan loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak cukup, karena pelanggan yang membeli ulang belum tentu mempunyai sikap positif terhadap barang atau jasa yang dibeli. Pembelian dilakukan bukan karena puas, melainkan karena terpaksa atau faktor lainnya, ini tidak termasuk dimensi loyal. Oleh karena itu, untuk mengenali perilaku loyal di lihat dari dimensi ini ialah dari komitmen pembelian ulang yang ditujukan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu secara teratur.
Membangun dan Mengukur Loyalitas Pelanggan
Hubungan antara kualitas dan kepuasan lebih kuat dibandingkan hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kualitas hubungan buyer-seller mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pembelian kembali.
Verhoef, et al (2002) meneliti tentang hubungan antara kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity dengan customer referrals merupakan tingkat dimana seorang konsumen lain seperti teman, keluarga, dan kolega. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity mempunyai hubungan positif dengan customer referrals. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa membangun hubungan dengan customer, pihak manjerial perusahaan perlu untuk menginvestasikan dana dalam konstruk relational untuk meningkatkan customer referrals.
Kepuasan konsumen merupakan respon pemenuhan kebutuhan pada tingkat pemenuhan yang dapat dianggap memuaskan atau tidak memuaskan. Kebanyakan penelitian pemasaran mengakui kerangka kerja teoritis yang menyatakan kualitas produk mengarah pada kepuasan konsumen yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku pembelian. Jika kualitas dianggap sebagai penilaian atau evaluasi kinerja dari atribut dan kepuasan merupakan pencerminan perasaaan seseorang maka kualitas dapat digunakan untuk memperkirakan kepuasan konsumen atau perilaku pembelian konsumen.
            Menurut Dick dan Basu (1994) mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai sebuah hubungan antara sikap relatif dan sikap berulang. Konsumen akan loyal setelah melalui tahapan  valuasi yaitu cognitive sense, affectif sense dan conative, action atau behavioral manner

Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Angk. 2009 Universitas Hasanuddin

0 komentar:

Posting Komentar

Loyalitas Pasien (Pelanggan) di Rumah Sakit/PusKesMas

Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan merupakan seseorang yang secara terus menerus dan berulangkali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan membeli suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
Menurut Gremel dan Brown (1997) bahwa loyalitas pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Verhoef, et al (2002) Meneliti tentang hubungan antara kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity dengan customer referrals merupakan tingkat dimana seorang konsumen lain seperti teman, keluarga, dan kolega.
Model dari hubungan antara corporate image dengan loyalitas
konsumen dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Perceived quality adalah penilaian konsumen terhadap keunggulan suatu produk
·         Perceiveid value adalah pengukuran yang dilakukan konsumen terhadap utilitas produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diperoleh dan pengorbanan yang dilakukan konsumen
·         Customer Satisfaction adalah akumulasi pengalaman dari pembelanjaan konsumen dan perilaku komsumsi
·         Corporate Image adalah filter yang mempengaruhi persepsi dari operasional perusahaan
·         Customer Loyality merupakan perilaku konsumen sebagai akibat dari layanan yang diberikan perusahaan.

Pentingnya Loyalitas
Berdasarkan berbagai kajian, arti penting mempertahankan pelanggan adalah:
a.       Mencegah pelanggan lari, dapat meningkatkan keuntungan 25-58% (Harvard Busines Scholl)
b.      Mendapatkan pelanggan baru biayanya lima kali lebih besar ketimbang menjaga pelanggan yang sudah ada (US Office of consumer Affairs)
c.       Laba atas investasi (return of investement) pada pemasaran untuk pelanggan lama mencapai tujuh kali lebih besar ketimbang pemasaran calon pembeli. (Ogilvy & Mather Direkct)
`           Di sisi lain banyak perusahaan beranggapan mendapatkan pelanggan baru merupakan elemen penting dalam strategi penjualan. Akibatnya, sangat sedikit dari mereka yang memperhatikan upaya untuk mempertahankan pelanggan. Bahkan, lebih sedikit lagi lagi yang menganalisis alasan mengapa pelanggan yang pada awalnya puas menjadi tidak puas dan kemudian meninggalkannya.
Frederick Reichhheld mengemukakan statistik yang menunjukkan tingkat penurunan rata-rata diperbagai perusahaan Amerika sebagai berikut:
*      50% pelanggan hilang dalam kurun waktu lima tahun;
*      50 % karyawan keluar dalam kurun waktu empat tahun;
*      Pelanggan pengganti tidak akan memberikan konstribusi pada keuntungan, kecuali mereka dapat dipertahankan, paling tidak selama tiga tahun.
Banyak organisasi kehilangan secara signifikan lebih dari 30%
pelanggannya sebelum atau pada saat pelanggan tersebut memutuskan untuk melakukan pembelian ulang. Hal ini terjadi karena pelayanan yang buruk. Satu-satunya alasan mengapa bagian pasar tidak turun adalah karena pesaing pun mengalami situasi yang sama. Mereka juga kehilangan pelanggan yang berpindah ke pesaing mereka! Ini merupakan gelombang perpindahan yang selalu terulang. Pelanggan yang merasa tidak puas berusaha mencari perusahaan lain tempat mereka menaruh kepercayaannya.
Keuntungan loyalitas dapat dikatakan bersifat jangka panjang dan kumulatif, dimana meningkatnya loyalitas pelanggan dapat menyebabkan profitabilitas yang lebih tinggi, dan basis keuangan yang lebih stabil. Selain itu perusahaan yang dapat mempertahankan pelanggannya, akan mendapatkan banyak keuntungan, seperti:
a.       Menurunkan biaya pemasaran, karena biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelanggan baru adalah jauh lebih mahal daripada mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
b.      Mempersingkat waktu dan biaya transaksi.
c.       Menurunkan biaya turn over.
d.      Meningkatkan cross selling yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan
e.       Word of mouht positif, yang berarti pelanggan setia berarti puas terhadap produk akan menjadi pemasar perusahaan.
f.       Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya ganti rugi.
Imbalan yang diberikan oleh loyalitas pelanggan yang tinggi sangat besar bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memahami bagaimana dan mengapa loyalitas tercipta, dimana terciptanya loyalitas dapat dilihat pada siklus pembelian pelanggan, dan setiap langkah pada siklus pembelian merupakan kesempatan untuk memupuk loyalitas.

Karakteristik Loyalitas

Menurut Zeithaml (1996) terdapat 4 dimensi loyalitas, yaitu:word of mouth communication, purchase intention, price sensitivity, complaining behavior. Pada setiap pembelian kembali ada kesempatan untuk memperkuat atau melemahkan ikatan dengan pelanggan. Sedangkan pelanggan loyal menurut Griffin mempunyai karakter sebagai berikut:
a.       Melakukan pembelian secara teratur
b.      Membeli produk selain lini produk atau jasa yang biasa dikomsumsi
c.       Memberi rekomendasi pada pihak lain
d.      Menunjukkan resistensi atau daya tolak terhadap produk pesaing.
Faktor-faktor yang menentukan loyalitas antara lain:
a)      Keterikatan yang tinggi terhadap jasa pelayanan tertentu disbanding dengan jasa pelayanan yang ditawarkan pesaing. Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap jasa pelayanan dibentuk oleh dua dimensi yakni tingkat prefensi (seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap jasa pelayanan tertentu) dan tingkat deferensiasi jasa yang dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan membedakan jasa pelayanan tertentu dari alternative-alternative lain).
b)      Pembelian berulang
Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi.
Loyalitas berkembang mengikuti 4 tahap, yaitu kognitif, afektif, konatif dan tindakan.
a.       Tahap Pertama: Loyalitas Kognitif
Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya, loyalitas hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. Sebagai contoh suatu perusahaan menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing yang ada. Informasi ini cukup memaksa konsumen untuk membeli produk dari perusahaan tersebut.
b.      Tahap Kedua: Loyalitas Afektif
Loyalitas kedua didasarkan pada aspek afektif afektif konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode masa pembelian (masa pra komsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya (masa pasca komsumsi). Munculnya loyalitas afektif didorong oleh factor kepuasan, namun belum menjamin adanya loyalitas.
c.       Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif
Dimensi konatif (niat melakukan) yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afektif terhadap merek. Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu kearah tujuan tertentu. Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi kondisi loyal yang mencakup komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian. Afektif hanya menunjukkan kecenderungan motivasional, sedangkan komitmen melakukan menunjukkan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. Keinginan untuk membeli ulang atau menjadi loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi tetapi belum terlaksana.
d.      Tahap Keempat: Loyalitas Tindakan
Meskipun pembelian ulang adalah suatu hal yang sangat penting bagi pemasar, pengintreprestasikan loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak cukup, karena pelanggan yang membeli ulang belum tentu mempunyai sikap positif terhadap barang atau jasa yang dibeli. Pembelian dilakukan bukan karena puas, melainkan karena terpaksa atau faktor lainnya, ini tidak termasuk dimensi loyal. Oleh karena itu, untuk mengenali perilaku loyal di lihat dari dimensi ini ialah dari komitmen pembelian ulang yang ditujukan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu secara teratur.
Membangun dan Mengukur Loyalitas Pelanggan
Hubungan antara kualitas dan kepuasan lebih kuat dibandingkan hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kualitas hubungan buyer-seller mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pembelian kembali.
Verhoef, et al (2002) meneliti tentang hubungan antara kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity dengan customer referrals merupakan tingkat dimana seorang konsumen lain seperti teman, keluarga, dan kolega. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan, komitmen afektif, kepuasan dan payment equity mempunyai hubungan positif dengan customer referrals. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa membangun hubungan dengan customer, pihak manjerial perusahaan perlu untuk menginvestasikan dana dalam konstruk relational untuk meningkatkan customer referrals.
Kepuasan konsumen merupakan respon pemenuhan kebutuhan pada tingkat pemenuhan yang dapat dianggap memuaskan atau tidak memuaskan. Kebanyakan penelitian pemasaran mengakui kerangka kerja teoritis yang menyatakan kualitas produk mengarah pada kepuasan konsumen yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku pembelian. Jika kualitas dianggap sebagai penilaian atau evaluasi kinerja dari atribut dan kepuasan merupakan pencerminan perasaaan seseorang maka kualitas dapat digunakan untuk memperkirakan kepuasan konsumen atau perilaku pembelian konsumen.
            Menurut Dick dan Basu (1994) mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai sebuah hubungan antara sikap relatif dan sikap berulang. Konsumen akan loyal setelah melalui tahapan  valuasi yaitu cognitive sense, affectif sense dan conative, action atau behavioral manner

Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Angk. 2009 Universitas Hasanuddin

0 komentar:

Posting Komentar