Tugas
1 :
BERBAGAI FAKTOR YANG MENDORONG
PERTUMBUHAN BISNIS JASA
a.
Perubahan Demografis
Meningkatnya harapan hidup akan menghasilkan peningkatan
ukuran populasi yang jauh lebih besar. Jumlah penduduk yang semakin banyak juga
menyebabkan urbanisasi.
Contoh :
Penuaan
populasi merupakan sebuah fenomena global. Walaupun ada lebih banyak orang tua
di negara maju dibanding di negara berkembang, pengharapan hidup telah
meningkat secara global. Pada tahun 1950, pengharapan hidup di negara-negara
maju adalah 66 tahun, sedangkan di negara-negara berkembang pengharapan hidup
hanya 40 tahun. Sekarang ini, jumlah ini sudah mencapai sekitar 76 dan 64,
masing-masing; pada tahun 2050, pengharapan hidup di negara-negara maju
diharapkan menjadi 81 tahun, sedangkan di negara berkembang diperkirakan 76
tahun. Sehingga, kesenjangan pengharapan hidup secara global meningkat secara
homogen.
b.
Perubahan psikografis
psikografis
adalah penelitian mengenai profil psikologi dari konsumen. Contohnya : pasien
di rumah sakit dengan status sosial menengah atas biasanya lebih memilih kamar
inap kelas satu karena “gengsi”. Selain itu, perasaannya lebih nyaman jika
dirawat di kamar inap kelas satu, karena perawatannya lebih intensif.
c.
Perubahan Sosial
Salah satu contohnya adalah jumlah pekerja perempuan yang
semakin besar. Dengan jumlah pekerja perempuan semakin besar maka akan
meningkatkan permintaan jasa yang tadinya dikerjakan oleh perempuan. Selain itu
double income juga menyebabkan permintaan jasa yang semakin meningkat.
d.
Perubahan Perekonomian
Meningkatnya spesialisasi dalam suatu perekonomian telah
menghasilkan ketergantungan yang lebih besar terhadap penyedia jasa yang
bersifat terspesialisasi. Contoh, meningkatnya permintaan terhadap jasa
pelayanan rumah sakit yang memiliki spesialisasi penyakit jantung.
e.
Perubahan Politik dan Hukum
Internasionalisasi telah menghasilkan peningkatan dan
permintaan baru akan jasa yang lebih professional.
Contoh :
Rumah sakit internasional membuka perdagangan bebas dengan
Negara maju. Banyak permintaan peralatan medis yang lebih canggih dari Negara
maju untuk dapat melayani permasalahan kesehatan yang lebih rumit.
Tugas 2 :
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI JASA
1.
Intangibility (tidak berwujud)
Jasa merupakan sesuatu
yang tidak berwujud, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium
sebelum dibeli. Hal ini mengakibatkan pelanggan tidak dapat memprediksi
hasilnya sebelum membeli jasa tersebut. Kesulitan untuk memprediksi suatu jasa
membuat seseorang mencari bukti-bukti yang dapat menunjukkan kualitas suatu
jasa. Kualitas suatu jasa dapat diprediksikan melalui tempat jasa tersebut
diproduksi atau dihasilkan orang penghasil jasa, peralatan, alat komunikasi,
simbol dan harga jasa tersebut.
Contohnya : nasihat dan
konseling. Nasihat tidak berwujud tetapi dapat dirasakan manfaatnya. Misalnya
nasihat untuk mengkonsumsi gula jagung bagi penderita diabetes, nasihat yang
diberikan tidak dapat dilihat, dipegang, diraba ataupun dicium tetapi manfaat
dari nasihat tersebut dapat dirasakan oleh penderita diabetes jika ia
melaksanakan nasihat tersebut.
2.
Unstorability
Jasa
tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan.
Karakteristik ini juga tidak dapat dipisahkan mengingat pada umumnya jasa
dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
Contohnya
: dokter gigi yang memberikan jasa pemeriksaan kesehatan gigi. Jasa tersebut
sekaligus diberikan dokter dan pasien langsung merasakannya.
3.
Customization (berdasarkan pelanggan)
Jasa
itu berdasarkan permintaan pelanggan. Contohnya orang yang sedang sakit di
rumahnya ingin di bawa ke RS, menelepon ambulance untuk datang. Jasa ambulance
ini berdasarkan permintaan pelanggan.
Tugas 3:
BAURAN PEMASARAN
1. RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
7 P (product, place, promotion, price, people, physical
evidence, dan process)
dari ketujuh unsur marketing mix, maka place yang meliputi
jarak dan kemudahan mengakses lokasi tempat jasa pelayanan disediakan yang
memiliki kekuatan hubungan paling tinggi yaitu masuk dalam kategori kuat dan
unsur promosi yang berorientasi pada komunikasi antara penyedia jasa dengan
konsumen yang memiliki kekuatan hubungan paling lemah yaitu masuk dalam
kategori sangat rendah. Kesimpulan secara umum bahwa ketujuh unsur
marketing mix memiliki hubungan yang signifikan dengan proses keputusan pasien
memanfatkan rawat jalan RS Dr Wahidin Sudirohusodo. Disarankan kepada pihak
manajemen Rumah Sakit bahwa untuk membuat keputusan tentang marketing mix
diposisikan dengan segmen pasar dan oleh karena unsur-unsur marketing mix
saling berdampak satu sama lain maka perlu diseimbangkan sehingga saling
menguatkan dan mendukung bagian-bagian lain dalam bauran pemasaran tersebut.
Dari hasil penelitian tentang
hubungan antara marketing mix dengan keputusan pasien memanfaatkan Pelayanan
Rawat Jalan RSWS disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara
ketujuh unsur marketing mix dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan
RSWS mulai dari tahap pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan
untuk memanfaatkan rawat jalan RSWS.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara produk
(product) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang meliputi
keseluruhan atas objek atau proses yang memberikan berbagai nilai bagi
pelanggan.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tempat
(place) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang meliputi
gabungan antara lokasi dan saluran distribusi konsumen.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
promosi (promotion) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang
berorientasi dengan komunikasi antara penyedia jasa dengan konsumen.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara tarif
(price) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang meliputi
persyaratan pembayaran, kemudahan pembayaran serta tarif.
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara orang
(people) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang meliputi
bagaimana karyawan memanfaatkan perannya dalam memberikan pelayanan terhadap
konsumen.
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara fisik
(physical evidence) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS
yang meliputi desain dan lay out bangunan atau ruangan pelayanan rawat jalan.
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara proses
(process) dengan keputusan pasien memanfaatkan Rawat Jalan RSWS yang meliputi
prosedur, jadwal, mekanisme, dan kegiatan dalam memberikan pelayanan.
(sumber : Adiwijaya. http://marsunhas.wordpress.com/2008/05/31/analisis-hubungan-antara-marketing-mix-dengan-keputusan-pasien-memanfaatkan-rawat-jalan-rs-dr-wahidin-sudirohusodo-makassar/,
diakses tanggal 23 Februari 2011)
2. RS BAPTIS KEDIRI
Karakteristik responden penelitian
sebagian besar adalah berusia 21-40 tahun (50,7%), pendidikan responden
sebagian besar adalah SLTA (40,7%). Pekerjaan responden sebagian besar adalah
wiraswasta (31,3%) dan pendapatan responden sebagian besar responden antara Rp
1.000.000,- s.d. Rp 2.000.000,- adalah (42%). Berdasarkan hasil penelitian,
gambaran dari Persepsi Pasien tentang bauran pemasaran dan loyalitas pasien
adalah sebagai berikut:
a. Sebagian besar responden mempunyai persepsi
yang baik tentang product (56%), tetapi juga harus diperhatikan persepsi
yang kurang baik karena dapat mempengaruhi loyalitas pasien.
b. Sebagian besar responden mempunyai persepsi
yang baik tentang price sebesar (58,7%). Persepsi pasien baik terutama
untuk pernyataan bahwa tarif di poliklinik sudah sesuai denganpelayanan yang
diberikan, tarif di poliklinik sesuai dengan kemampuan pasien/terjangkau, cara
pembayaran di poliklinik mudah dan pelayanan pembayaran melalui kartu kredit
c. Sebagian besar responden memiliki persepsi baik
tentang place lebih besar (52,7%) dari pada persepsi yang kurang baik
d. Sebagian besar responden memiliki persepsi yang
kurang baik tentang promotion (52%), terutama responden tidak mengetahui
RS Baptis mengadakan kegiatan sosial di masyarakat, tidak mengetahui adanya
komunitas pasien, selain itu juga tidak mengetahui adanya seminar kesehatan di
RS Baptis Kediri
e. Sebagian besar responden mempunyai persepsi
baik tentang people sebesar (58,7%)
f. Sebagian besar responden mempunyai persepsi
baik tentang process sebesar (56,7%)
g. Responden yang loyal lebih besar (60,7)
dibandingkan pasien yang kurang loyal.
Hasil analisis uji hubungan antara
persepsi pasien tentang bauran pemasaran dengan loyalitas pasien adalah sebagai
berikut:
- Tidak ada hubungan antara persepsi pasien tentang bauran pemasaran product dengan loyalitas pasien (p-value=0,604 , p > 0,05)
- Ada hubungan antara persepsi pasien bauran pemasaran tentang price dengan loyalitas pasien (p-value=0,016 , p ≤ 0,05)
- Tidak ada hubungan antara persepsi pasien tentang bauran pemasaran place dengan loyalitas pasien (p-value=0,062 , p> 0,05)
- Tidak ada hubungan antara persepsi pasien tentang bauran pemasaran promotion dengan loyalitas pasien (p-value=0,201 , p > 0,05)
- Tidak ada hubungan antara persepsi pasien tentang bauran pemasaran people dengan loyalitas pasien (p-value=0,291, p > 0,05)
- Ada hubungan antara persepsi pasien tentang bauran pemasaran process dengan loyalitas pasien (p-value=0, 019 , p ≤ 0,05)
Hasil analisis regresi logistic
multivariat antara variabel persepsi pasien tentang bauran pemasaaran dengan
loyalitas pasien dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien tentang price (p
= 0,026) dan persepsi pasien tentang process (p = 0,033)
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap loyalitas pasien. Untuk pasien
yang mempunyai persepsi kurang baik tentang price mempunyai resiko menjadi
tidak loyal 2 kali lebih besar dari pasien dengan persepsi price baik (p
= 0,026, Exp(β) = 2,180), sedangkan untuk pasien yangmempunyai
persepsi baik tentang process kurang baik mempunyai resiko menjadi tidak
loyal 2 kali lebih besar dari pasien yang mempunyai persepsi process baik
(p=0,033, Exp(β)=2,109). Sehingga untuk meningkatkan loyalitas
pasien di poliklinik perlu diperbaiki bauran pemasaran price dan process
secara bersama-sama.
3. RS HONORIS TANGERANG
fasilitas yang tersedia di rumah sakit
Honoris terkesan mewah. Tarif yang ditetapkan apabila dibadingkan dengan rumah
sakit kompetitor masih cukup kompetitif namun apabila dibandingkan kompetitor
terdekat terkesan lebih mahal. Dari sisi akses rumah sakit, maka rumah sakit
honoris relatif kurang ideal.
0 komentar:
Posting Komentar